Andy meraih gelar Bachelor of Science di bidang Ilmu Komputer dari tahun 1986 dari Utica College di Utica, New York.
Ketika menjadi jelas bahwa pasar fotografi digital relatif kecil, tim pemula mengalihkan perhatian untuk membuat ponsel dalam jangka waktu lima bulan. Dan bisa dibilang smartphone lebih kaya untuk itu.
Sejak kecil, Rubin sudah terbiasa melihat banyak gadget baru. Ia memiliki minat besar pada segala hal yang berbau robot. Di Carl Zeiss A.G., tempat pertama kali ia bekerja setelah lulus kuliah, Rubin ditempatkan di sebuah divisi robotika, tepatnya pada komunikasi digital antara jaringan dengan perangkat pengukuran dan manufaktur.
Setelah dari Carl Zeiss, ia sempat bekerja di bidang robot di sebuah perusahaan di Swiss. Karier Rubin di bidang robotika nampaknya semakin cerah, namun hidupnya berubah gara-gara liburan di Cayman Island pada tahun 1989.
Saat sedang mengunjungi kepulauan tropis di Jamaika itu, Rubin tak sengaja bertemu dengan seorang bernama Bill Caswell. Pria ini sedang tidur di tepi pantai, terusir dari sebuah cottage setelah bertengkar dengan pacarnya.
Andy menawarkan pria itu tempat tinggal dan sebagai balas budi, Casswell menawarkannya pekerjaan. Kebetulan yang menakjubkannya adalah pria itu bekerja di Apple.
Rubin memulai kariernya sebagai seorang insinyur di Apple Inc. Di Apple, Rubin mengalami masa-masa yang menyenangkan. Pada saat itu, Apple masih dalam kondisi baik berkat komputer Macintosh.
Andy pun makin tertarik dengan Apole. Di sana ia sempat melakukan kejahilan, seperti memprogram ulang sistem telepon sehingga ia bisa berpura-pura sebagai sang CEO, John Sculley.
Lelucon seperti itu mungkin akan disukai Steve Jobs, pria yang gemar membuat lelucon lewat telepon, namun ketika itu adalah periode Apple tanpa Jobs.
Kemudian, pada tahun 1990, Apple melakukan spin off untuk membentuk sebuah perusahaan bernama General Magic, yaitu sistem operasi dan antarmuka untuk perangkat genggam. Ketika Magic Cap gagal menjadi sukses, Rubin dan lainnya dari General Magic membentuk Artemis Research, yang menjadi WebTV dan akhirnya diakuisisi oleh Microsoft.
Episode gila khas Rubin kembali terjadi di Microsoft. Rubin membangun sebuah robot yang dilengkapi kamera untuk mengerjai rekan-rekannya. Gilanya, robot itu terhubung ke Internet dan pada satu insiden sempat dibobol oleh pihak di luar Microsoft.
Pada tahun 1999, Rubin keluar dari webTV (dan artinya, ia tak lagi menjadi karyawan Microsoft). Ia kemudian menyewa sebuah toko di Palo Alto, California, dan menyebut toko itu sebagai laboratorium.
Setelah beberapa tahun, ia dan rekan-rekannya membentuk Danger, Inc.
Danger, Inc yang paling terkenal adalah Danger Hiptop (sering dicap sebagai T-Mobile Sidekick), yang merupakan ponsel dengan kemampuan seperti PDA.
Perangkat itu, menurut Rubin, merupakan pengakses data dengan kemampuan telepon. Ketika muncul di pasaran, Sidekick harus menghadapi kenyataan bahwa PDA sedang kehilangan pasar. Namun, Rubin menegaskan bahwa Sidekick bukanlah PDA.
“Kami ingin membuat sebuah perangkat, kira-kira seukuran batang cokelat, dengan harga di bawah 10 dolar dan bisa digunakan untuk men-scan sebuah benda serta mendapatkan informasi soal benda itu dari Internet. Lalu, tambahkan perangkat radio dan transmiter, jadilah Sidekick,”Saat ini, Sidekick memang sudah terlihat usang, namun pada masanya, Sidekick adalah sebuah benda yang ganjil dengan konsep teknologi yang melampaui zaman.
Hal lain yang dilakukan Danger, yang pada masa itu belum terpikirkan, adalah menjembatani antara pembuat handset dengan penyedia jaringan. Danger memutuskan untuk berbagi keuntungan dengan T-Mobile dalam layanan Sidekick.
Dengan demikian, Danger tak mengandalkan penjualan handset sebagai sumber penghasilan satu-satunya, namun juga dari layanannya. Ini membuat perusahaan pembuat perangkat (Danger) memiliki tujuan yang sama dengan penjual perangkat (operator telekomunikasi T-Mobile).
kemudian Danger, Inc juga diakuisisi oleh Microsoft pada bulan Februari, 2008. Sang raksasa Microsoft rupanya tertarik untuk memasuki bisnis ponsel dengan lebih agresif lagi. Nilai yang ditawarkan pun tidak tanggung-tanggung. Menurut kabar yang beredar Microsoft membeli Danger dengan harga 500 juta dolar.
Namun, pembelian Danger oleh Microsoft ternyata tidak membawa hasil yang berbunga-bunga. Para eksekutif yang tersisa dari Danger digabungkan oleh Microsoft ke dalam Mobile Communication Business, dari divisi Entertainment dan Devices. Kemudian, mereka diminta mengembang sebuah ponsel yang dikenal dengan sebutan Project Pink. Targetnya, ponsel ini harus bisa menjadi pesaing iPhone, BlackBerry, dan Android.
Kekecewaan dengan kejatuhannya sebagai CEO Danger membuatnya berusaha untuk menemukan yang lainnya.
Pada awal tahun 2002, Rubin sempat memberikan sebuah kuliah di Stanford mengenai pengembangan Sidekick. Karena, meski penjualan Sidekick di pasaran tak meledak, perangkat itu dinilai cukup baik dari sisi engineering.
Sebuah kebetulan bahwa Larry Page dan Sergei Brin, pendiri Google, ikut hadir dalam kuliah tersebut. Selepas kuliah, Page menemui Rubin untuk melihat Sidekick dari dekat.
Rupanya, Page melihat, perangkat itu menggunakan search engine Google. “Keren,” ujar Page.
Ini adalah sebuah titik tolak bagi Page untuk sebuah ide yang dalam beberapa tahun kemudian akan terwujud, sebuah ponsel Google.
Kurang lebih dua tahun setelah itu, Rubin telah meninggalkan Danger dan mencoba melakukan hal-hal baru. Termasuk di antaranya mencoba memasuki bisnis kamera digital sebelum akhirnya ia pun menemukan Android.
“Android berawal dari satu ide sederhana, sediakan platform mobile yang tangguh dan terbuka sehingga bisa mendorong inovasi lebih cepat demi keuntungan pelanggan,”Rubin menginkubasi Android saat ia menjadi enterpreneur-in-residence bersama perusahaan modal ventura Redpoint Ventures pada tahun 2004.
Pada Juli 2005, 22 bulan setelah Android berdiri, perusahaan itu ditelan oleh raksasa Google. Rubin pun memilih untuk bergabung dengan Google. diestimasi harganya sekitar USD 50 juta. Jagat teknologi pun dipenuhi spekulasi apa yang akan dilakukan Google dengan Android.
Ketika membeli Android Inc., Google tidak menyebutkan dengan rinci berapa harga yang dibayarkan dan apa yang ingin dilakukannya dengan perusahaan itu. Bahkan, Google menyebut pembelian itu sebagai akuisisi terhadap sumber daya manusia dan teknologinya saja.
Kala itu, banyak pihak masih skeptis, terutama para pesaing. CEO Microsoft Steve Ballmer menilai kata-kata Google kosong. Sedangkan Nokia mengira OS tersebut hanya versi Linux biasa dan bukan ancaman signifikan.
Selain Andy Rubin, Google memang meraup banyak orang-orang brilian dari Android. Ini termasuk Andy McFadden (pengembang WebTV bersama Rubin, dan juga pengembang Moxi Digital); Richard Miner (mantan Vice President di perusahaan telekomunikasi Orange); serta Chris White (pendiri Android dan perancang tampilan serta interface WebTV).
Bersama Google, Android diberi kekuatan ekstra. Perusahaan asal Mountain View, California itu kemudian membentuk Open Handset Alliance untuk mengembangkan perangkat bagi Android. Perangkat Android yang hadir pasaran memang bukan buatan Google. Petarung kelas berat Android termasuk Motorola, Samsung, dan HTC masing-masing melemparkan ponsel Android andalan mereka ke pasaran.
Produsen handset Sony Ericsson misalnya, menyatakan sedang mengerjakan perangkat Android yang diharapkan bisa dirilis pertengahan tahun 2009. Sedangkan Samsung dan LG juga tenga bersiap merilis Android pertamanya.
Akhir Perjalanan di Android
Sebagai penggantinya, Google menunjuk Sundar Pichai. Dia sebelumnya adalah eksekutif yang mengawasi browser Chrome dan aplikasi seperti Google Drive dan Gmail.
Chief Executive Google Larry Page dalam postingan blognya memuji Andy karena telah 'mengasuh' Android dan membuatnya menjadi platform gratis dan terbuka. Kian luasnya penggunaan Android saat ini diakui Page tak lepas dari kontribusi Andy.
Andy Rubin, sang 'arsitek' di balik sistem operasi (OS) Android memutuskan untuk mundur dari jabatannya. Kabar ini tentunya mengejutkan mengingat Andy sebagai bapak Android sangat lekat dengan OS robot hijau.
"Setelah melampaui semua tujuan bahkan mimpi ambisius tentang Android, Andy memutuskan sudah waktunya menyerahkan kendali dan memulai bab baru di Google. Kami menantikan gebrakan selanjutnya dari Andy,"
Sesudah HTC G1, vendor lain seperti LG, Motorola dan Samsung menyusul dengan memperkenalkan handset Android pertamanya. Diikuti kemudian oleh Sony. Beberapa merek berhasil menuai popularitas besar.
Seperti model Droid yang sukses membangkitkan Motorola dari keterpurukan. Namun tak disangka, Samsung yang pada akhirnya sukses besar mengadopsi Android, terutama mulai seri Galaxy S yang diperkenalkan tahun 2010.
Galaxy S kini sudah muncul versi keempatnya serta tablet 3 pun sudah diluncurkan dan tetap mendapat sambutan meriah. Vendor lain pun tidak mau kalah, dan berlomba lomba merilis Android dengan spesifikasi tinggi. Apalagi sebuah gadget yang akan semakin mengharumkan nama Android yang masih ditunggu kedatangannya yakni Google Glass.
iPhone yang semula berkuasa pun mulai tertinggal. Kini, deretan ponsel Android menguasai pangsa pasar 59% di segmen sistem operasi ponsel global.
Sumber, iklansurya.net
irenerifdah.wordpress.com
wikipedia.org
crunchbase.com
engadget.com
al-rasyid.blog.undip.ac.id
detik.com