Selasa 1, Apr 2025

Latest News

    • Prabowo Subianto - Tegas, Berwibawa, Adil, dan Berpengalaman

      Letnan Jenderal (Purn) Prabowo Subianto Djojohadikusumo atau yang paling dikenal dengan nama Prabowo Subianto, lahir di Jakarta, pada tanggal 17 Oktober 1951. Prabowo Subianto adalah mantan Danjen Kopassus dan menantu dari mantan Presiden Indonesia Soeharto. Ia juga termasuk tokoh kontroversial di Indonesia. Sehingga ia dicopot jabatannya oleh Presiden Habibie melalui mantan Pangab Wiranto karena dugaan keterlibatan oknum Kopassus dalam kasus penculikan sejumlah aktivis LSM dan pelanggaran HAM yang sampai sekarang masih buram ceritanya. Prabowo juga politikus sekaligus pendiri dari partai Gerindra. Prabowo adalah putra dari pasangan Soemitro Djojohadikusumo yang merupakan ahli Ekonomi Indonesia pada zaman Soekarno serta Soeharto dan Dora Marie Sigar, atau lebih dikenal dengan nama Dora Soemitro.Ia juga merupakan cucu dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo, anggota BPUPKI, pendiri Bank Negara Indonesia dan Ketua DPA pertama. Prabowo Subianto dinamai menurut Soebianto Djojohadikoesoemo, pamannya yang gugur dalam Pertempuran Lengkong. Ia memiliki dua kakak perempuan, Biantiningsih Miderawati dan Maryani Ekowati, dan satu orang adik, Hashim Djojohadikusumo. Dalam bukunya Jejak Perlawanan Begawan Pejuang, Sumitro mengakui istrinya sangat berperan dalam membesarkan dan pendidikan formal anak-anaknya. Meskipun Sumitro muslim, Dora Sigar tetap Kristen. Dengan latar belakang keluarga berpendidikan Belanda, Dora Sigar menerapkan disiplin ketat kepada putra-putrinya. Di meja makan, misalnya, semua tata krama dan etiket Belanda sangat ketat dijalankan, seperti tangan tidak boleh ke sana ke mari, serbet harus dilipat di pangkuan, dan garfu sendok tidak boleh bunyi. Perpaduan dua kepribadian orangtua inilah yang sangat membentuk kepribadian Prabowo. Disiplin dan sikap keras diturunkan dari sang Ibu, gaya berpikir kritis dan bebas dari sang Ayah. Ia tumbuh menjadi anak yang cerdas, lugas tanpa basa-basi, sangat taat aturan sehingga sangat kaku dalam pergaulan, dan kritis. Dan, dari penuturan kawan-kawan dekatnya, Prabowo adalah anak kesayangan ibunya. Masa kecilnya banyak dihabiskan di luar negeri. Ia menyelesaikan pendidikan dasar dalam waktu 3 tahun di Victoria Institution, Kuala Lumpur, Sekolah Menengah di Zurich International School, Zurich, pada tahun 1963-1964, SMA di American School, London pada kurun waktu 1964-1967. Pada tahun 1970, barulah ia masuk ke Akademi Militer Nasional, Magelang. Prabowo Subianto mengawali karirnya waktu ia daftarkan diri di Akademi Militer Magelang, Ia lalu Lulus pada tahun 1974 dari Akademi Militer, lalu pada tahun 1976 Prabowo ditugaskan untuk Komandan Pleton Beberapa Komando Group I Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) serta ditugaskan untuk sisi dari operasi Tim Nanggala di Timor Timur. Saat itu dia berumur 26 tahun dan merupakan komandan termuda dalam operasi Tim Nanggala. Prabowo memimpin misi untuk menangkap Nicolau dos Reis Lobato, wakil ketua Fretilin yang pada saat itu juga menjabat sebagai Perdana Menteri pertama Timor Timur. Akhirnya, Nicolau Lobato tewas setelah tertembak di perut saat bertempur di lembah Mindelo pada tanggal 31 Desember 1978. Prabowo Subianto kemudian menikah dengan Titiek yang merupakan anak Presiden Soeharto pada bulan Mei 1983 dan berpisah pada tahun 1998, tidak lama setelah Soeharto mundur dari jabatan Presiden Republik Indonesia. Dari pernikahan ini, Prabowo dikaruniai seorang anak, Ragowo "Didiet" Hediprasetyo. Didiet tumbuh besar di Boston, AS dan sekarang tinggal di Paris, Perancis sebagai seorang desainer. Menurut sumber The Politic, Prabowo dipertemukan (dicomblangi) oleh Wismoyo Arismunandar dengan  anak Alm Presiden Soeharto, Titiek Soeharto, ketika ia menjadi ajudan Wismoyo kala itu. Siti Hediati Hariyadi yang lahir di Semarang, Jawa Tengah, 14 April 1959, lebih dikenal dengan Titiek Soeharto adalah anak keempat mendiang mantan Presiden Soeharto. Ketika pertama kali bertemu, lanjut sumber, langsung saling tertarik, padahal saat itu Prabowo sudah bertunangan dengan anak dari dr. Sajiman, Kepala RS TNI di Magelang, yang sekarang sudah menjadi dokter gigi, kawin dengan seorang ginekolog di Yogyakarta. Setelah perceraian, hubungan Prabowo dengan Titiek tampak tetap mesra. Pada tahun 1983, kala itu masih berpangkat Kapten, Prabowo diduga pernah mencoba melakukan upaya penculikan sejumlah petinggi militer, termasuk Jendral LB Moerdani, namun upaya ini digagalkan oleh Mayor Luhut Panjaitan, Komandan Den 81/Antiteror. Prabowo sendiri adalah wakil Luhut saat itu. Pada tahun 1990-an, Prabowo terkait dengan sejumlah kasus pelanggaran HAM di Timor Timur. Pada akhir tahun 1992, Xanana Gusmao berhasil ditangkap dalam operasi yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Prabowo. Informasi mengenai keberadaan Xanana Gusmao diperoleh dari sadapan telepon Ramos Horta di pengasingan. Pada tahun 1995, ia diduga menggerakkan pasukan ilegal yang melancarkan aksi teror ke warga sipil. Peristiwa ini membuat Prabowo nyaris baku hantam dengan Komandan Korem Timor Timur saat itu, Kolonel Inf Kiki Sjahnakrie, di kantor Pangdam IX Udayana. Sejumlah lembaga internasional menuntut agar kasus ini dituntaskan. Menurut pakar hukum Adnan Buyung Nasution, kasus ini belum selesai secara hukum karena belum pernah diadakan pemeriksaan menurut hukum pidana. Pada tahun 1996, Komandan Kopassus Prabowo Subianto memimpin operasi pembebasan sandera Mapenduma. Operasi ini berhasil menyelamatkan nyawa 10 dari 12 peneliti Ekspedisi Lorentz '95 yang disekap oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Lima orang yang disandera adalah peneliti biologi asal Indonesia, sedangkan 7 sandera lainnya adalah peneliti dari Inggris, Belanda dan Jerman. Namun, operasi ini dikritik karena menggunakan lambang Palang Merah pada helikopter putih untuk menipu anggota OPM. Pada tahun 1997, Prabowo Subianto diduga mendalangi penculikan dan penghilangan paksa terhadap sejumlah aktivis pro-Reformasi. Setidaknya 13 orang, termasuk seniman 'Teater Rakyat' Widji Thukul, aktivis Herman Hendrawan, dan Petrus Bima hilang dan belum ditemukan hingga sekarang. Mereka diyakini sudah meninggal. Prabowo sendiri mengakui memerintahkan Tim Mawar untuk melakukan penculikan kepada sembilan orang aktivis, diantaranya Haryanto Taslam, Desmond J Mahesa dan Pius Lustrilanang. Pada tanggal 26 April 1997, Tim Nasional Indonesia ke Puncak Gunung Everest berhasil mengibarkan bendera merah putih di puncak tertinggi dunia setelah mendaki melalui jalur selatan Nepal. Tim yang terdiri dari anggota Kopassus, Wanadri, FPTI, dan Mapala UI ini diprakarsai oleh Komandan Jenderal Kopassus, Mayor Jendral TNI Prabowo Subianto. Ekspedisi dimulai pada tanggal 12 Maret 1997 dari Phakding, Nepal. Tahun 1998, Prabowo ditarik kembali menjadi Panglima Kostrad dengan pangkat Letnan Jenderal, dalam usia relatif muda yakni 47 tahun. Sebagai Pangkostrad yang membawahi pasukan cadangan ABRI yang jumlahnya cukup besar pada waktu itu (sekitar 11 ribu prajurit) , Prabowo dimintai pertolongan oleh Panglima Kodam Jaya untuk mengamankan Jakarta yang berada dalam suasana kacau. Permintaan ini dipenuhi Prabowo dengan membantu mengamankan sejumlah bangunan penting, khususnya rumah dinas Wakil Presiden B.J. Habibie di Kuningan. Di tahun inilah ia tersandung tragedi Mei yang membuatnya dipindahkan menjadi Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI (Sesko TNI). Dan atas pertimbangan Dewan Kehormatan Perwira (DKP), Prabowo diberhentikan dari dinas kemililiterannya. Setelah Mei 1998, untuk menghindari tekanan dari Habibie terkait insubordinasi tersebut dan menghindari pengusutan hukum terkait kerusuhan Mei dan penculikan para aktivis, ia melarikan diri ke Yordania. Ia mendapat suaka politik dan status kewarganegaraan dari Abdullah II. Pangeran Abdullah II yang kemudian pada 1999 menjadi Raja Yordania adalah kawan Prabowo di sekolah militer. Prabowo kembali ke Indonesia pada 2001 setelah kekuatan Poros Tengah menggulingkan Presiden BJ Habibie dan momentum untuk mengusut kasus-kasus pelanggaran HAM Orde Baru mulai surut. Setelah meninggalkan karier militernya ia menjadi pengusaha, mengikuti karier adiknya Hashim Djojohadikusumo, antara lain dia memiliki saham dalam PT Kertas Nusantara. Ia lalu terjun ke dunia usaha, membantu adiknya Hashim Djojohadikusumo, yang sudah lebih dulu sebagai pengusaha minyak di Kazakhstan. Sekitar tahun 2002, Prabowo membeli PT Kiani Kertas yang saat itu sudah berada di BPPN sebagai perusahaan yang ‘sakit’ karena terbelit utang yang besar. Prabowo membeli Kiani Kertas menggunakan pinjaman senilai Rp 1,8 triliun dari Bank Mandiri. Ia kini tercatat memimpin 27 perusahaan di Indonesia dan luar negeri. Perusahaan yang dipimpinnya meliputi Nusantara Energy (perusahaan minyak, gas alam dan batu bara), Tidar Kerinci Agung (minyak kelapa), dan Jaladri Nusantara (industri perikanan). Prabowo juga mendirikan beberapa organisasi masyarakat seperti Asosiasi Petani Indonesia, Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional Indonesia, Asosiasi Pencak Silat Indonesia. Pada tanggal 5 Desember 2004, Prabowo terpilih sebagai ketua umum HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) mengalahkan Setiawan Djodi dan Ja'far Hafsah. Pada saat Musyawarah Nasional (Munas) HKTI ke-7, Prabowo Subianto kembali terpilih sebagai Ketua Umum 2010-2015 secara aklamasi. 32 dari 33 Dewan Pimpinan Daerah menerima laporan pertanggungjawaban Prabowo dan meminta agar Prabowo kembali memimpin HKTI. Pada tanggal 6 Agustus 2008, Munas APPSI secara aklamasi memilih Prabowo sebagai ketua umum APPSI untuk periode 2008-2013. Prabowo terpilih setelah mendapat dukungan dari 29 Dewan Pimpinan Wilayah tingkat provinsi dan 199 Dewan Pimpinan Daerah tingkat kabupaten. Prabowo pertama kali terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar (PB) IPSI tahun 2004. Pada Munas PB IPSI di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, tanggal 27 Februari 2012, Prabowo terpilih untuk ketiga kalinya sebagai Ketua Umum PB IPSI. Pada SEA Games 2011 di Jakarta, cabang olah raga pencak silat berhasil mendapatkan juara umum dengan menyabet 9 dari 18 nomor yang dipertandingkan. Istana Prabowo berpadu dengan hijaunya Bukit Hambalang, sangat megah dan asri dengan rerumputan dan pepohonan pinus. Selain di depan, di bagian belakang rumah juga terdapat satu pos penjagaan. Menurut sumber The Politic, rumah petinggi Gerindra ini berfasilitas sangat lengkap. Tak hanya  itu, dua buah istal kandang kuda sebanyak 17 ekor kuda milik Prabowo berjenis Lusiano turut melengkapi  fasilitas di rumah itu. Kuda-kuda tersebut didatangkan langsung dari Portugal. Tak tanggung-tanggung, konon harga per ekornya mencapai miliaran rupiah! "Saya ini kesatria yang menyepi pada saat tidak dibutuhkan. Dan kesatria selalu menyepi di gunung, seperti tempat ini." Prabowo ditemani sejumlah lelaki muda yang ia sebut sebagai Kesatria Jedisebutan untuk murid Master Yoda dalam film Hollywood Star Wars. "Mereka ini anak muda yang pintar-pintar. Lulusan luar negeri,".  Ia juga mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Partai Golkar pada Konvesi Capres Golkar 2004. Untuk pencalonan ini, tim suksesnya khusus menyewa Alex Castinallos, konsultan kampanye Partai Republik Amerika Serikat yang berhasil mendudukkan George W Bush di Gedung Putih dan konsultan media iklan TV, David Axelrod. Meski lolos sampai putaran akhir, akhirnya Prabowo kandas di tengah jalan. Ia kalah suara oleh Wiranto. Prabowo adalah calon presiden dalam pemilu presiden Republik Indonesia 2009 dari Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA). Karena sejumlah kendala politik, akhirnya Prabowo bersedia menjadi calon wakil presiden Megawati Soekarnoputri. Pasangan Mega-Prabowo resmi diumumkan 15 Mei 2009. Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian (Padma) Indonesia wilayah Nusa Tenggara Timur menilai, Prabowo berperan besar dalam pembebasan Wilfrida Soik dari hukuman mati di Pengadilan Kota Bahru, Kelantan, Malaysia. Prabowo menunjuk pengacara Malaysia Tan Sri Mohammad Syafei untuk membela Wilfrida Soik. Wilfrida adalah buruh asal Nusa Tenggara Timur yang diberangkatkan secara ilegal. Wilfrida didakwa hukuman mati karena membunuh majikannya, Yeap Seok Pen pada tanggal 7 Desember 2010. Partai Gerakan Indonesia Raya telah menyatakan akan mengusung Prabowo sebagai calon presiden pada pemilihan presiden 2014. Prabowo sendiri sudah menyatakan kesediaannya untuk dicalonkan sebagai presiden, jika mendapat dukungan dari rakyat. Walaupun beberapa lembaga survei mencatat elektabilitas Prabowo tertinggi dibandingkan dengan calon-calon presiden lainnya, tidak sedikit pengamat politik yang meyakini kalau langkah Prabowo akan terganjal elektabilitas Partai Gerakan Indonesia Raya yang sangat rendah. Di Pemilihan umum legislatif Indonesia 2014, Gerindra meraih posisi ketiga, hanya sedikit selisih suara dibanding PDIP dan Golkar, yaitu 11,58 persen, sementara PDIP meraih 19,52 persen dan Golkar 15,22 persen berdasarkan perhitungan cepat Kompas hingga 9 April 2014. Prabowo Subianto hadirkan "Enam Program Aksi Transformasi Bangsa" dalam kampanyenya; apabila terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia, ia ingin membangun ekonomi yang kuat, berdaulat, adil dan makmur, melaksanakan ekonomi kerakyatan, membangun kedaulatan pangan dan energi serta pengamatan sumberdaya air, meningkatkan kualitas pembangunan manusia Indonesia melalui program pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya, membangun infrastruktur dan menjaga kelestarian alam serta lingkungan hidup, dan membangun pemerintahan yang bebas korupsi, kuat, tegas dan efektif. Setelah meningkatnya popularitas dan elektabilitas Prabowo di berbagai lembaga survei dalam Pemilihan umum Presiden Indonesia 2014, ia terus diserang kampanye hitam dan opini negatif antara lain beredarnya uang kertas pecahan Rp50.000 yang diberi cap dengan tulisan "Prabowo: Satria Piningit, Heru Cakra Ratu Adil" dan penghembusan kembali isu stigmatisasi atas tudingan keterlibatan, bahkan nama Prabowo juga disebut-sebut sebagai dalang penculikan aktivis pro demokrasi 1997/1998, penembakan mahasiswa Trisakti, otak penggerak Kerusuhan Mei 1998 dan tuduhan hendak melakukan kudeta Mei 1998. Prabowo juga dididuga berjanji akan memberikan satu miliar kepada setiap desa di Indonesia bila ia terpilih sebagai presiden. Seperti calon presiden lainnya, Prabowo memiliki tampilan unik yang mudah dikenali dengan baju warna khaki dengan banyak kantong. Ini membuat ia dianggap mengingatkan masyarakat kepada sosok Sukarno dan Syahrir. Ia sendiri menyatakan menyukai setelan ini karena alasan kepraktisan. Prabowo mulai sering mengenakannya saat berpasangan dengan Megawati di Pilpres 2009. Karier Karier Militer Komandan Peleton Para Komando Group-1 Kopassandha (1976) Karier Militer Komandan Kompi Para Komando Group-1 Kopassandha (1997) Karier Militer Wakil Komandan Detasemen–81 Kopassus (1983) Karier Militer Wakil Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad (1985) Karier Militer Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad (1987) Karier Militer Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17/Kujang I/Kostrad (1991) Karier Militer Komandan Group-3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (1993) Karier Militer Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (1996) Karier Militer Panglima Komando Cadangan Strategi TNI Angkatan Darat (1998) Karier Militer Komandan Sekolah Staf Dan Komando ABRI (1998) Karier Kerja Komisaris Perusahaan Migas Karazanbasmunai (0) Karier Kerja Presiden Dan Ceo PT Tidar Kerinci Agung (Perusahaan Produksi Minyak Kelapa Sawit), Jakarta, Indonesia (0) Karier Kerja Presiden Dan Ceo PT Nusantara Energy (Migas, Pertambangan, Pertanian, Kehutanan Dan Pulp) Jakarta, Indonesia (0) Karier Kerja Presiden Dan Ceo PT Jaladri Nusantara (Perusahaan Perikanan) Jakarta, Indonesia (0) Karier Politik Pendiri Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) (0) Karier Politik Partai Golkar (2004) Organisasi Ketua umum HKTI periode 2004-2009 Anggota marga Lumban Tobing (difasilitasi oleh Persatuan Punguan Siraja Lumban Tobing (PPSLB) dan berlangsung di Danau Toba Convention Center, Medan) Keanggotaan Dalam Organisasi Politik Dewan Penasihat Organisasi Kosgoro Keanggotaan Dalam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Ketua Yayasan Pendidikan Kebangsaan (Universitas Kebangsaan) Ketua Majelis Perhimpunan Keluarga Mahasiswa Dan Alumni Supersemar Pendiri Koperasi Swadesi Indonesia (Ksi) Dengan 14 Cabang Di 4 Provinsi di Indonesia Ketua Yayasan 25 Januari Ketua Umum PB Ikatan Pencaksilat Seluruh Indonesia (IPSI)  PENGHARGAAN Bintang Kartika Eka Paksi Nararya Satya Lencana Kesetiaan XVI Tahun Satya Lencana Seroja Ulangan–III Satya Lencana Raksaka Dharma Satya Lencana Dwija Sistha Satya Lencana Wira Karya The First Class The Padin Medal Ops Honor dari Pemerintah Kamboja Bintang Yudha Dharma Nararya Sumber, id.wikipedia.org         webmuhammadiyah.blogspot.com         donnymontang.blogspot.com         news.detik.com         profil.merdeka.com         farisyuda.blogspot.com

Friday, May 4, 2012
Kevin Samara

Franciscus Seda - A man for all seasons!

Franciscus Xaverius Seda (lahir di Flores, Nusa Tenggara Timur, 4 Oktober 1926 – meninggal di Jakarta, 31 Desember 2009 pada umur 83 tahun) adalah seorang politikus, menteri, tokoh gereja, pengamat politik, dan pengusaha Indonesia.

“A man for all seasons!”
Sebuah julukan yang diberikan seorang wartawan ternama Indonesia kepada Frans Seda dalam salah satu tulisan menyambut ulang tahun tokoh tiga zaman ini yang ke-80 pada tahun 2006 yang lalu. Julukan itu tentu berdasarkan pantauan sang penulis yang kerap melihat jejak keterlibatan Frans Seda dalam sejarah perjuangan dan pembangunan bangsa Indonesia.

Saat masih muda, beliau sudah bergabung dengan Laskar KRIS (Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi) dan anggota Batalyon Paraja/Lasykar Rakyat GRISK/TNI Masyarakat (1945-1950) untuk berjuang melawan Belanda.  Di dunia organisasi pemuda, Frans Seda sempat menjadi Ketua Pemuda Indonesia di Surabaya; anggota Panitia Pembubaran Negara Jawa Timur dan DPR Sementara Daerah Jawa Timur (RI) mewakili Pemuda; anggota Panitia Kongres Pemuda di Surabaya; anggota Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Belanda; serta pendiri/pengurus Ikatan Mahasiswa Katolik Indonesia (IMKI) di Belanda (1950-1956). Sepulang dari meraih gelar Doctorandus bidang Ekonomi di Tilburg, Belanda, karirnya segera melesat dalam dunia politik, pemerintahan, maupun dalam pengabdiannya kepada Gereja. Keaktifannya di Partai Katolik mengantarkannya pada jabatan Wakil Ketua dan kemudian menjadi Ketua Umum Partai Katolik. Pada tahun 1960, Frans Seda masuk Parlemen sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) mewakili Golongan Katolik. Ketika terjadi gejolak antara Indonesia dan Kerajaan Belanda dalam kaitannya dengan persoalan Irian Barat, beliau amat piawai untuk berdiplomasi. Hal inilah yang membuat Parlemen Belanda yang saat itu dikuasai Partai Katolik Belanda (KVP) menerima Bunker Plan yang berujung pada masuknya Irian Barat ke Republik Indonesia.

Selain menjadi Menteri Perkebunan (1964-1966) pada usia 38 tahun dan kemudian menjadi Menteri Pertanian (1966) pada situasi Negara yang memanas, tidak boleh dilupakan pula bahwa beliau menjadi Menteri Keuangan (1966-1968) dalam keadaan keuangan Republik Indonesia di awal Orde Baru yang sangat tidak baik. Prestasi Frans Seda yang layak diapresiasi pada masa ini adalah bahwa Frans Seda mampu membawa ekonomi Indonesia ke arah yang lebih stabil setelah didera inflasi hingga 650%, mengarahkan Indonesia kembali dalam pergaulan masyarakat internasional, menerapkan kesatuan penganggaran Pemerintah pada Kementerian Keuangan serta menerapkan model anggaran penerimaan dan belanja yang berimbang; dua hal penting yang hingga kini masih diterapkan dalam dunia keuangan Indonesia. Inilah yang menurut pendapat Emil Salim, salah satu sahabat dekatnya adalah tidak berlebihan apabila kita menyebutnya sebagai Pahlawan Keuangan Indonesia. Banyak hal pula yang dilakukannya ketika menjadi Menteri Perhubungan, Telekomunikasi, dan Pariwisata (1968-1973), seperti merintis penerbangan dan pelayaran perintis di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Timur, merintis penggunaan satelit telekomunikasi Palapa, serta beberapa kawasan wisata unggulan seperti di Nusa Dua, Bali. Sesudahnya Frans Seda kemudian mendapatkan sederet jabatan di berbagai bidang, seperti: Duta Besar Republik Indonesia di Brussels untuk Masyarakat Ekonomi Eropa, Kerajaan Belgia dan Luxembourg (1973-1976); anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (1978-1983), hingga menjadi penasihat Presiden.

Beliau juga seorang pendidik yang ingin mendidik insan-insan Indonesia menjadi pemikir bukan hanya praktisi tanpa dasar pemikiran. Warisannya yang nyata di dunia pendidikan adalah Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (Unika Atma Jaya) dan PPM (Pembinaan dan Pendidikan Manajemen). Unika Atma Jaya didirikannya bersama rekan-rekannya dari IMKI dan PMKRI pada 1 Juni 1960 dengan modal hanya Rp 500,- (lima ratus rupiah). Kiprahnya di Unika Atma Jaya diawali dengan menjadi Dekan pertama Fakultas Ekonomi sekaligus menjadi Rektor yang pertama kali, selanjutnya sebagai Ketua Umum Yayasan Atma Jaya selama beberapa periode, Ketua Kehormatan Yayasan Atma Jaya, dan bahkan pada saat Frans Seda meninggal pada akhir tahun 2009, beliau masih tercatat sebagai Ketua Pembina Yayasan Atma Jaya.

Frans Seda sungguh-sungguh mengamini tekadnya mengabdi Tanah Air sebagai jembatan mengabdi kepada Tuhan dalam karya-karya yang nyata di berbagai bidang. Dengan caranya Frans Seda tidak hanya ikut menanam, tetapi juga membantu menumbuhkan dan mengembangkan keindonesiaan melalui karya dan pergaulannya.



RIWAYAT HIDUP FRANS SEDA



Nama Lengkap              : Fransiskus Xaverius Seda

Tempat & Tgl. Lahir       Maumere, FloresNTT. 4 Oktober 1926

Nama Lengkap              : Fransiskus Xaverius Seda

Tempat & Tgl. Lahir       : Maumere, Flores, NTT. 4 Oktober 1926

Agama                          : Katolik-Roma

Pendidikan                    : Fakultas Ekonomi, The Catholic University in Tilburg (Netherlands), 1956.





A.    Dalam Pemerintahan/Lembaga Tinggi Negara:

Pemerintahan Presiden Soekarno:

1964 – 1966      : Menteri Perkebunan

1966                 : Menteri Pertanian



Pemerintahan Presiden Soeharto:

1966 – 1968      : Menteri Keuangan

1968 – 1973      : Menteri Perhubungan, Telekomunikasi & Pariwisata

1973 – 1976      : Duta Besar RI di Brussels untuk Masyarakat Ekonomi  Eropa, Kerajaan Belgia dan   Luxemburg.

1976 – 1978      : Anggota Dewan Pertimbangan Agung RI.

1996            : Anggota Dewan Penasehat Dewan Pengembangan  Kawasan Timur Indonesia (DP-KTI) dibawah pimpinan Presiden Soeharto kemudian dilanjutkan oleh Presiden BJ Habibie.

1998                      : Penasehat Presiden BJ Habibie/Pemerintah RI untuk Bidang Ekonomi.

1999             : Penasehat Megawati Soekarnoputri sebagai Wakil Presiden dan kemudian sebagai    Presiden RI.



B.    Dalam Dunia Politik:

1956 – 1968      : Wakil Ketua, kemudian menjadi Ketua Umum Partai Katolik.

1960 – 1964     : Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong  (DPRGR) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS), mewakili Golongan Katolik.

Sejak 1971        : Anggota Dewan Penasehat Partai Demokrasi Indonesia (PDI), kemudian menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).

1997                                 : Anggota Dewan Petimbangan Pusat / DEPERPU PDI - Perjuangan.



C.    Dalam Dunia Usaha:

*         Ketua Karwell Group (Pabrik Tekstil untuk Ekspor).

*         Presiden Komisaris PT Kompas Media Nusantara (Harian Kompas).

*         Presiden Komisaris Percetakan dan Penerbitan Gramedia.

*         Presiden Komisaris PT Bank Shinta Indonesia.

*         Presiden Komisaris PT Pantara Wisata Jaya (kerja sama dengan Japan Airlines dalam bidang Promosi Pariwisata).

*         Presiden Komisaris PT Saowisata Seaside & Diving Resort.

*         Presiden Komisaris PT Hindoli  (kerja sama antara PT Gowa Manurung Jaya & perusahaan Amerika PT Cargill dalam Perkebunan Kelapa Sawit, Sumatera Selatan).

*         Anggota Dewan Komisaris PT Bayer Indonesia.

*         Presiden Komisaris PT Philips Indonesia.

*         Presiden Komisaris PT BritishAmerican Tobacco (PT B.A.T.).

*         Ketua Dewan Penasehat Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API).

*         Ketua PT Sumberdaya Internusa – Consultant.

*         Ketua Asosiasi Indonesia – Netherland (INA).

*         Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI).

*         Ketua Joint Policy Committee/Memorandum of Understanding antara Kawasan Timur Indonesia dan Northern Territory – Australia.

*         Kepala Perwakilan Pemerintah Northern Territory-Australia di Indonesia.

*         Anggota Dewan Penyantun Pusat Kajian Australia – Universitas Indonesia (PKA-UI).

*         Ketua Forum Indonesia-Nederland (FINED).



D.    Dalam Dunia Pendidikan dan Kegiatan Lain:

1960                : Pendiri dan Ketua Umum Yayasan Atma Jaya/Pendiri Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, dewasa ini menjadi Ketua Pembina Yayasan Atma Jaya.

1961 – 1964      : Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.



*) Penasehat Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK).

*) Ketua Yayasan Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (PPM).

*) Ketua Bidang Dana Komite Olahraga Nasional Indonesia.

*) Anggota Dewan Harian Nasional Angkatan 45, Ketua Bidang Ekubang.

*) Anggota Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian (Iustitia et Pax) di Roma/Vatican.

*) Anggota Dewan Pertimbangan Palang Merah Indonesia Pusat.



E.    Bintang-Bintang Kehormatan:

1.     Grandcross of St. Silvester – 1964, dari Paus Paulus VI di Vatican.

2.     Grandcross in de Orde van Oranje Nassau dari Kerajaan Belanda.

3.     Grandcross de L’Ordre Royal du Saha Metrei – 1968, dari (bekas) Kerajaan Kamboja.

4.   Commander in the Order of Maritime Merit dari State California (USA) dan San Fransisco Port Authority – 6 September 1968, Gubernur Ronald Reagan.

5.     Grandcross de L’Ordre de Leopold II – 4 Juni 1970, Kerajaan Belgia.

6.     Grandcross of St. Thomas University – 1972, Filipina.

7.     Bintang Mahaputra Adipradana II – 10 Maret 1973, Republik Indonesia.

8.     Honorary Member of The Order of The Australia (in Recognition for Service to the Development of Trade Links Between Australian and Indonesia) – Agustus 1999, Pemerintah Australia

Sumber, Wikipedia
              franssedaaward.atmajaya.ac.id
no image
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
jalan menuju keberhasilan
Top